Senin, 09 September 2013
In:
Campus
Makalah Batik Pakaian Rakyat Khas Pekalongan
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Batik
Pakaian Rakyat Khas Pekalongan”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan
kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni
al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Folklore di program studi Sastra
Indonesia Fakultas Bahasa dan seni pada Universitas Negeri Semarang. Selain
itu, penulis mengucap terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah
ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Pekalongan,
25 Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
..........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN
............................................................................................ii
KATA
PENGANTAR........................................................................................................iii
DAFTAR
ISI......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah
.....................................................................................
1
1.2. Rumusan masalah.................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan
.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN…….............................................................................................4
2.1.Sejarah Batik pekalongan………………………….............................................
4
2.2. Wujud Batik pekalongan
......................................................................................4
2.2.1
Bentuk Batik Pekalongan……………………………………………………8
2.2.2
Tata Cara Pembuatan Batik Pekalongan…………………………………….9
2.2.3
Bahan Pembuatan Batik Pekalongan………………………………………12
2.3.Simbol dan Makna Batik
Pekalongan..................................................................14
2.4.Fungsi Batik Pekalongan
....................................................................................17
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................18
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................18
3.2.
Saran
..................................................................................................................18
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Folklore sering diidentikkan dengan tradisi dan
kesenian yang berkembang pada zaman sejarah dan telah menyatu dalam kehidupan
masyarakat. Di dalam masyarakat Indonesia,
setiap daerah, kelompok, etnis, suku, bangsa, golongan agama masing-masing
telah mengembangkan folklorenya sendiri-sendiri sehingga di Indonesia terdapat aneka ragam
folklore. Folklore ialah kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara
turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat.
Ciri-ciri folklore:
- Folklore menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
- Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yakni dengan tutur kata atau gerak isyarat atau alat pembantu pengikat lainnya.
- Folklore bersifat anonim, artinya penciptanya tidak diketahui.
- Folklore hadir dalam versi-versi bahkan variasi-variasi yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh cara penyebarannya secara lisan sehingga mudah mengalami perubahan.
- Folklore bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau standar.
Bentuk-bentuk folklore
1. Folklore lisan adalah folklore yang bentuknya murni secara lisan, yang
terdiri dari:
a) Puisi rakyat, misalnya
pantun. Contoh: wajik klethik gula Jawa
(isih cilik sing prasaja)
b) Pertanyaan tradisional,
seperti teka-teki. Contoh: Binatang apa yang
perut, kaki, dan ekornya semua di kepala? jawabnya: kutu kepala.
c) Bahasa rakyat, seperti
logat (Jawa, Banyumasan, Sunda, Bugis dan
sebagainya), julukan (si pesek, si botak, si gendut), dan gelar
kebangsawanan
(raden masa, teuku, dan sebagainya) dan sebagainya.
d) Ungkapan tradisional,
seperti peribahasa/pepatah. Contoh: seperti telur di ujung tanduk (keadaan yang
gawat), koyo monyet keno tulup (seperti kera kena sumpit) yakni untuk
menggambarkan orang
yang bingung.
e) Cerita prosa rakyat,
misalnya mite, legenda, dan dongeng.
Folklore sebagian lisan adalah folklore yang bentuknya
merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan, seperti: kepercayaan
rakyat/takhayul, permainan rakyat, tarian rakyat, adat istiadat, pesta rakyat
dan sebagainya.
Folklore bukan lisan (non verbal folklore) adalah
folklore yang bentuknya bukan lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara
lisan. Contoh: arsitektur rakyat (bentuk rumah Joglo, Limasan, Minangkabau,
Toraja, dsb); kerajinan tangan, pakaian dan perhiasan dan sebagainya; di mana
masing-masing daerah berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
folklore, mitologi,legenda, upacara, dan lagu dari berbagai daerah di Indonesia
memiliki nilai sejarah. Semuanya itu memberikan sumbangan bagi penulisan
sejarah daerah.Satu hal yang perlu dicermati bila hal itu dijadikan sumber
dalam penulisan sejarah, maka perlu adanya kritik sumber sehingga nilai
keilmiahan sejarah dapat dipertanggungjawabkan.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana sejarah batik di Pekalongan?
- Bagaimana wujud batik khas Pekalongan?
- Bagaimana simbol batik di Pekalongan?
- Apakah fungsi batik Pekalongan?
1.3 Tujuan
- Mengetahui sejarah batik di Pekalongan
- Mengetahui wujud batik Pekalongan
- Mengetahui simbol-simbol batik pekalongan
- Memahami fungsi batik Pekalongan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Batik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian.
Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik
pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari
kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist
dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik
tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan
motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.
Sekarang ini kata batik sudah banyak dikenal di luar
negeri. Baik wanita maupun pria Indonesia
dari berbagian suku gemar memakai bahan pakaian yang dihiasi pola batik ataupun
kain batiknya sendiri, yang dibuat dan digunting menurut selera masing masing.
Para turis asing ataupun pejabat-pejabat asing yang tinggal di Indonesia sangat gemar akan batik dan sering
membawanya pulang sebagai oleh-oleh.Batik adalah salah satu kesenian yang sudah
menjadi budaya di Indonesia
khususnya di daerah jawa. batik sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak jaman majapahit.
Oleh karena itu Batik sudah pasti memiliki sejarah yang menarik, baik dari arti
kata, penggunaan, hingga cara pembuatannya. Arti kata batik: para sarjana ahli
seni rupa, baik yang berkebangsaan Indonesia maupun yang bangsa asing,
belum mencapai kata sepakat tentang apa sebenarnya arti kata batik itu. Ada yang mengatakan bahwa
sebutan batik berasal dari kata tik yang terdapat di dalam kata titik. Titik
berarti juga tetes. Memang di dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan
lilin di atas kain putih. Ada
juga yang mencari asal kata batik di dalam sumber-sumber tertulis kuno. Menurut
pendapat ini, kata batik dihubungkan dengan kata tulis atau lukis. Dengan
demikian, asal mula batik dihubungkan pula dengan seni lukis dan gambar pada
umumnya.
Asal usul Batik sampai sekarang masih belum jelas. Batik
dapat ditemukan di berbagai negara asia seperti Indonesia,
Malaysia,Thailand, dan Sri Lanka. Selain itu batik juga
ditemukan di beberapa negara di Afrika. Tetapi Tetap saja Batik yang paling
terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia. Selain di Asia, batik
juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian,
batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia,
terutama dari Jawa.
Dibalik keunggulan sesuatu
pasti tersimpan sejarah yang merupakan perjalanan terciptanya suatu karya.
Meskipun kesannya hanya sekedar sejarah, tapi ternyata kisah perjalanan
tersebut mempunyai peran yang sangat besar hingga akhirnya mampu membawa nama
bangsa menjadi bangsa yang labih baik. Salah satu sejarah yang sudah
sepnatasnya untuk kita pelajari adalah sejarah tentang batik pekalongan ini.
Dengan demikian tentunya kita tidak hanya menggunakan produknya saja tapi akan
lebih baik jika kita juga mengerti tentang makna sejarahnya sehingga kita akan
lebih menghargai produk tersebut.
Sejarah batik pekalongan ini
sebenarnya telah dimulai sejak paska konflik dan peperangan yang ada
dilingkungan kerajaan mataram. Saat itu, peperangan yang melawan kolonial
Belanda dan perpecahan di lingkungan keraton memang sangat sering terjadi.
Kondisi inilah yang akhirnya memaksa sebagian keluarga keraton untuk mengungsi
ke daerah lain dan salah satunya adalah kota
Pekalongan. Keluarga keraton yang sudah mempunyai ketrampkilan membatik inilah
yang akhirnya mengembangkan ketrampilannya membatik di Pekalongan tempat mereka
mengungsi tersebut.
Di kota Pekalongan
tersebutlah batik tersebut akhirnya tumbuh pesat dan akhirnya terus
dikembangkan oleh masyarakat sekitar hingga akhrinya menjadi sumber mata
pencaharian. Untuk motif batik pekalongan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan daerah
yang ada di sekitarnya. Hingga saat ini jenis batik pekalongan yang paling dikenal berdasarkan prosesnya
adalah batik tulis dan juga batik cap. Meskipkun demikian motif batik pekalongan tetap
memiliki ciri khas yang tentunya menjadi daya tarik tersendiri untuk penggemar
batik khususnya batik dari Pekalongan ini.
Memang tidak bisa dipungkiri
dan memang harus disyukuri bahwa Negara kita ini banyak menyimpan kekayaan yang
belum tentu memiliki kekayaan sebagaimana dimiliki oleh negeri ini. Bagimana
tidak, batik yang menjadi menjadi sebagian kecil budaya bangsa kita ini telah
mampu mengangkat nama Indonesia
menjadi harum di kancah internasional. Semakin terkenal suatu produk tentunya
juga akan membantu meningkatkan kesuksesannya mendapatkan keuntungan yang lebih
banyak.
2.2 Wujud Batik
Pekalongan
2.2.1 Bentuk
Batik Pekalongan
Ada
beberapa wujud batik pekalongan berdasarkan pembuatannya, yaitu:
1.
Batik cap
Batik dengan tehnik cap ini
merupakan pembuatan batik yang dilakukan dengan cara menggunakan canting cap.
Bentuknya yang mirip dengan stempel ini membuat proses membantik menjadi lebih
cepat. Meskipun proses pembuatannya lebih cepat, hasil batik cap ini sebenarnya
juga tidak kalah bagus dengan batik tulis yang dilakukan dengan cara seperti
menggambar di atas kain ini. Untuk membedakan batik cap ini, anda bisa
memperhatikan beberapa ciri khas dari batik celup diantaranya adalah warna
batik pada kedua belah sisi kain adalah sama, motif yang dipilih tidak terlalu
detil, warna batik lebih mengkilap, dan warna dasar pada kain biasanya warna
gelap.
- Batik tulis
Batik yang dibuat dengan cara
menuliskan langsung motif
batik secara manual dengan
menggunakan canting. Batik tulis ini mempunyai keunikan tersendiri karena
proses pembuatannya yang cukup rumit dan membutuhkan ketelatenan tingkat
tinggi. Sesuai dengan tingkat kesulitan dalam membuatnya, batik tulis memang
dijual dengan harga yang lebih mahal. Hal ini sangat sesuai dengan kualitas
batik tulis yang bagus dan mempunyai motif batik yang detil. Untuk batik pekalongan juga
terdapat jenis batik tulis yang juga memiliki daya jual yang tinggi.
Beberapa jenis batik tulis itu sendiri juga terdapat
beberapa macam diantaranya adalah batik tulis malam dan batik tulis colet
(warna). Batik tulis malam ini proses pembuatannya dengan menorehkan cairan
malam dengan menggunakan canting tulis. Sedangkan batik tulis warna atau colet
sebanarnya proses pembuatannya juga sama dengan proses membuat batik tulis
hanya saja yang membedakan adalah batik ini langsung ditorehkan warna yang
dikehendaki melalui canting yang digunakan. Ciri -ciri batik tulis ini adalah
motifnya tidak berulang, pemilihan kombinasi warna yang digunakan bisa lebih
banyak, dan warna dasarnya bisa gelap atau cerah.
- Batik sablon
Seiring dengan kemajuan
tehnologi, batik pekalongan juga ada yang diproses dengan cara
disablon. Cara ini adalah cara yang paling cepat dan mudah sehingga dalam
sekali pembuatan, produsen bisa menghasilkan produk kain batik yang banyak. Produksi
dengan cara ini biasanya banyak dilakukan oleh pabrik tekstil. Produksinya yang
cepat tentunya juga akan mempengaruhi harga penjualan produk batik yang satu
ini, sehingga batik sablon dijual dengan harga yang relatif murah.
Meskipun beberapa jenis batik
hampir memiliki proses batik yang sama, tapi batik pekalongan memang memiliki ciri khas yang kuat
sehingga batik yang satu ini memiliki banyak penggemar.
2.2.2 Tata Cara Pembuatan Batik
Pekalongan
Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari
awal hingga akhir. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah
pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama
termasuk di Pekalongan ini, yaitu:.
1. Ngemplong
Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan
mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian
dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak
atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori dimasukkan ke
dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat
warna lebih tinggi.
Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur.
Selanjutnya, dilakukan proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk
menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik.
2. Nyorek atau Memola
Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain
mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan
ngeblat. Pola biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru
dijiplak sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara
langsung di atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting.
Namun agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan
sempurna, maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya.
Proses ini disebut ganggang.
3. Mbathik
Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke
kain mori, dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan
isen-isen (mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses
isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah
dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir sama
dengan isen-isen, tetapi lebih rumit.
4. Nembok
Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena
warna dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian
tersebut ditutup dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok
penahan.
5. Medel
Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna
secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.
6. Ngerok dan Mbirah
Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan
menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah
itu, kain diangin-anginkan.
7. Mbironi
Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek
atau titik dengan menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu
proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya,
ngrining dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan.
8. Menyoga
Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk
mendapatkan warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke
dalam campuran warna cokelat tersebut.
9. Nglorod
Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik
tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap
ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang
sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas
dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering. Proses membuat
batik memang cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan
beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh
karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi.
2.2.3 Bahan Pembuatan Batik
Pekalongan
Perlengkapan membatik tidak banyak mengalami perubahan.
Dilihat dari peralatan dan cara mengerjakannya, membatik dapat digolongkan
sebagai suatu kerja yang bersifat tradisional.
1. Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori
sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat
sedemikian rupa hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.
2. Bandul
Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam
kantong. Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik
tidak mudah tergeser saat tertiup angin atau tertarik oleh si pembatik secara
tidak sengaja.
3. Wajan
Wajan adalah perkakas utuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja
atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan
diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain.
4. Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah
kompor berbahan bakar minyak. Namun terkadang kompor ini bisa diganti dengan kompor
gas kecil, anglo yang menggunakan arang, dan lain-lain. Kompor ini berfungsi
sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan yang digunakan untuk membatik.
5. Taplak
Taplak adalah kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena
tetesan malam panas sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.
6. Saringan Malam
Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak
kotoran. Jika malam tidak disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam pada
ujung canting. Sedangkan bila malam disaring, kotoran dapat dibuang sehingga
tidak mengganggu jalannya malam pada ujung canting sewaktu digunakan untuk
membatik.
Ada
bermacam-macam bentuk saringan, semakin halus semakin baik karena kotoran akan
semakin banyak tertinggal. Dengan demikian, malam panas akan semakin bersih
dari kotoran saat digunakan untuk membatik.
7. Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan,
terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk
menuliskan pola batik dengan cairan malam. Saat ini, canting perlahan
menggunakan bahan teflon.
8. Mori
Mori adalah bahan baku
batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-macam dan jenisnya sangat
menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Mori yang dibutuhkan
disesuaikan dengan panjang pendeknya kain yang diinginkan.
Tidak ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain
tersebut diukur secara tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu.
Kacu adalah sapu tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar.
Jadi, yang disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran
lebar mori tersebut. Oleh karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan
berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis lain.
Namun di masa kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah
menggunakan ukuran meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain mori.
Ukuran ini sudah berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan konsumen saat
membeli kain batik. Cara ini dapat mengurangi kesalahpahaman dan digunakan
untuk menyamakan persepsi di dalam sistem perdagangan.
9. Malam (Lilin)
Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya
malam tidak habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada
proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain.
Malam yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam (lilin) biasa.
Malam untuk membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan mudah
lepas ketika proses pelorodan.
10. Dhingklik (Tempat Duduk)
Dhingklik (tempat duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. Biasanya
terbuat dari bambu, kayu, plastik, atau besi. Saat ini, tempat duduk dapat
dengan mudah dibeli di toko-toko.
11. Pewarna Alami
Pewarna alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik. Pada beberapa
tempat pembatikan, pewarna alami ini masih dipertahankan, terutama kalau mereka
ingin mendapatkan warna-warna yang khas, yang tidak dapat diperoleh dari
warna-warna buatan. Segala sesuatu yang alami memang istimewa, dan teknologi
yang canggih pun tidak bisa menyamai sesuatu yang alami.
Itulah jenis perlengkapan membatik yang harus ada. Proses membatik
memerlukan waktu yang cukup lama, terlebih kalau kain yang dibatik sangat luas
dan coraknya cukup rumit.
2.3 Simbol dan Makna Batik Pekalongan
Motif Batik Pekalongan sedikit banyak dipengaruhi
pembauran masyarakat Pekalongan, Jawa Tengah, dengan berbagai bangsa seperti
Cina, Belanda, Arab, India, Melayu, dan Jepang pada masa lalu. Beberapa jenis
motif batik pengaruh berbagai negara itu kemudian dikenal sebagai identitas
batik Pekalongan. Motif itu adalah batik Jlamprang diilhami India dan Arab,
batik Encim dan Klangenan dipengaruhi peranakan Cina, batik Belanda, batik Pagi
Sore, dan batik Hokokai yang tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang. Warna cerah
dan motif beragam membuat batik Pekalongan maju pesat. Berbeda dengan batik
Solo dan Yogyakarta, batik Pekalongan terlihat
lebih dinamis lantaran permainan motif yang lebih bebas. Media kainnya pun
bermacam-macam. Tidak hanya katun dan kaos, sutera juga menjadi andalan batik
Pekalongan saat bersaing di luar negeri. Motif Jlamprang, Sekarjagat, atau
motif khas lainnya, menjadi berkelas ketika dituangkan dalam bahan baku sutera. Beberapa
motif batik pekalongan:









2.4 Fungsi Batik Pekalongan
Selain fungsinya sebagai
penutup tubuh, dahulu, kain batik merupakan busana kebesaran keluarga keraton.
Tak ada yang boleh mengenakan kain batik selain raja dan keturunan raja.
Biasanya batik dipakai sehari-hari dan dipakai dalam upacara kelahiran,
perkawinan serta kematian, yang biasanya dipakai dalam bentuk kain panjang,
sarung, dodot, selendang, ikat kepala dan kemben.
Fungsi batik dalam
kehidupan sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
a. Batik yang berfungsi sebagai busana atau pakaian untuk keperluan
sehari-hari yang biasa disebut sebagai Batik Profan, seperti :
1. kemeja
2. daster
3. sarung
4. jarik
5. selendang
6. kerudung
b. Batik berfungsi sebagai kerajinan, seperti :
1. taplak meja
2. seprai
3. gorden
4. hiasan dinding
5. tas
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Penelitian yang langsung dilaksanakan di lapangan
menghasilkan berbagai kesimpulan sebagai berikut:
- Batik merupakan kebudayaan milik indonesia yang harus dilestarikan dan kita selaku generasi penerus harus bangga dengan macam-macam batik yang ada.
- Di Indonesia berbagai macam jenis dan motif batik. Disetiap daerah memiliki motif yang berbeda, termasuk di wilayah Pekalongan pun memiliki kekhasan sendiri dalam motif batiknya.
- Proses pengolahan batik memerlukan tahapan yang panjang dan ketelitian yang cukup sehingga menghasilkan motif batik yang sempurna.
Berbagai macam batik mulai banyak zaman sekarang seperti batik
tulis,batik cap,batik printing,dan lain-lain.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah kami buat,maka beberapa
saran penulis diajukan sebagai berikut.
- Batik sangatlah penting bagi Indonesia karena batik merupakan cirri khas bangsa Indonesia dan merupakan budaya,identitas yang tidak bisa dilepaskan dari bangsa Indonesia.
- Mengingat bahwa batik telah diklaim oleh negara lain,maka kita dianjurkan bahkan diwajibkan menjaga kebudayaan batik yang kita miliki.
- Mengingat indonesia khususnya Pekalongan dan sekitarnya sangat identik dengan batik ada baiknya jika kebudayaan batik indonesia dilestarikan oleh rakyat indonesia itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/batik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
kunjungi juga blog sederhana saya gan :) http://carilokermu.blogspot.com
Posting Komentar