Senin, 09 September 2013
In:
Campus
Makalah Aliran-aliran linguistik
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Keberadaan bahasa merupakan keniscayaan bagi
manusia, karena bahasa merupakan salah satu pembeda antara hewan dan manusia.
Hal ini dikarenakan, hanya manusialah yang memiliki bahasa. Jadi, sudah
seharusnya disyukuri apa yang telah dikaruniakan oleh Sang Pencipta kepada
kita, yaitu bahasa. Dalam sejarah perkembangannya, linguistik
dipenuhi berbagai aliran dan paham yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling
berlawanan dan membingungkan terutama bagi para pemula (Chaer, 2003:332).
Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran
linguistik. Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang bahasa, tapi pada prinsipnya aliran tersebut merupakan penyempurnaan
dari aliran-aliran sebelumnya. Oleh karena itu, dengan mengenal dan memahami
aliran-aliran tersebut akan menjadi pedoman bagi setiap orang untuk dapat
memilih atau mengacu kepada aliran linguistik apa yang menurutnya baik. Dalam
makalah ini akan dipaparkan mengenai teori, keunggulan, dan kelemahan setiap
aliran-aliran linguistik.
1.2
Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Apa saja aliran linguistik itu?
2.
Apa keunggulan dan kelemahan setiap
aliran linguistik?
1.3
Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan
aliran-aliran linguistik.
2. Mendeskripsikan
keunggulan dan kelemahan setiap aliran linguistik
.BAB
2
PEMBAHASAN
2.2 Landasan Teori
Sejarah
linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran
linguistik yang pada akhirnya mempengaruhi pengajaran bahasa. Masing-masing
aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa sehingga melahirkan
berbagai tata bahasa. Aliran tradisional telah melahirkan sekumpulan penjelasan
dan aturan tata bahasa yang dipakai kurang lebih selama dua ratus tahun lalu.
Menurut para
ahli sejarah, tata bahasa yang dilahirkan oleh aliran ini merupakan warisan
dari studi preskriptif (abad ke 18). Studi preskriptif adalah studi yang pada
prinsipnya ingin merumuskan aturan-aturan berbahasa yang benar. Sejak tahun
1930-an sampai akhir tahun 1950-an aliran linguistik yang paling berpengaruh
adalah aliran struktural. Tokoh linguis dari Amerika yang dianggap berperan
penting pada era ini adalah Bloomfield. Linguistik Bloomfield berbeda dari yang
lain. Dia melandasi teorinya berdasarkan psikologi behaviorisme. Menurut
Behaviorisme ujaran dapat dijelaskan dengan kondisi-kondisi eksternal yang ada
di sekitar kejadiannya. Kelompok Bloomfield menyebut teori ini mechanism, sebagai
kebalikan dari mentalism. Bloomfield berusaha rnenjadikan linguistik sebagai
suatu ilmu yang besifat empiris. Karena bunyi-bunyi ujaran merupakan fenomena
yang dapat diamati langsung maka ujaran mendapatkan perhatian yang istimewa.
Akibatnya, kaum strukturalis memberikan fokus perhatiannya pada fonologi,
morfologi, sedikit sekali pada sintaksis, dan sama sekali tidak pada semantik. Tata
bahasa tagmemik dipelopori oleh Kenneth L. Pike, Bukunya yang terkenal adalah
Linguage in Relation to a United Theory of The Structure of Human Behaviour
(1954).
Menurut aliran
Ini, satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem (bahasa Yunani yang berarti
susunan). Tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan
sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk mengisi
slot tersebut. Linguistik transformasi melahirkan tata bahasa Transformational
Generative Grammar yang bahasa mengandung segi ekspresi (Signifiant) dan segi
isi(signifie). Masing-masing segi mengandung forma dan substansi : forma
ekspresi, substansi ekspresi, forma isi, dan substansi isi.
2.2 Perkembangan Aliran Linguistik
2.2.1
Aliran
Tradisional
Perkembangan ilmu bahasa di dunia barat dimulai pada
abad IV Sebelum Masehi yaitu ketika Plato membagi jenis kata dalam bahasa
Yunani Kuno menjadi dua golongan yaitu onoma dan rhema. Onoma merupakan jenis
kata yang menjadi pangkal pernyataan atau pembicaraan. Sedangkan rhema
merupakan jenis kata yang digunakan mengungkapkan pernyataan atau pembicaraan.
Secara sederhana onoma dapat disejajarkan dengan
kata benda dan rhema dapat disejajarkan dengan kata sifat atau kata kerja.
Pernyataan yang dibentuk onoma dan rhema dikenal dengan istilah proposisi. Penggolongan
kata tersebut kemudian disusul dengan kemunculan tata bahasa Latin karya
Dyonisisus Thrax dalam bukunya ”Techne Gramaticale” (130 M).
Dengan demikian pelopor aliran tradisionalisme
adalah Plato dan Aristoteles. Tokoh-tokoh yang menganut aliran ini antara lain;
Dyonisisus Thrax, Zandvoort, C.A. Mees, van Ophuysen, RO Winstedt, Raja Ali
Haji, St. Moh. Zain, St. Takdir Alisyahbana, Madong Lubis, Poedjawijatna,
Tardjan hadidjaja. Aliran ini merupakan aliran tertua namun karena ketaatannya
pada kaidah menyebabkan aliran ini tetap eksis di zaman apapun.
Ciri-ciri
aliran ini antara lain:
a. Bertolak
dari landasan pola pikir filsafat
b. Pemerian
bahasa secara historis
c. Tidak
membedakan bahasa dan tulisan.Teori ini mencampuradukkan pengertian bahasa dan
tulisan sehingga secara otomatis mencampuradukkan penegrtian bunyi dan huruf.
d. Senang
bermain dengan definisi.
Hal ini karena pengaruh
berpikir secara deduktif yaitu semua istilah didefinisikan baru diberi contoh
alakadarnya.
e. Pemakaian
bahasa berkiblat pada pola/kaidah.
Bahasa yang mereka
pakai adalah bahasa tata bahasa yang cenderung menghakimi benar-salah pemakaian
bahasa, tata bahasa ini disebut juga tata bahasa normatif.
f. Level-level
gramatikal belum rapi, tataran yang dipakai hanya pada level huruf, kata, dan
kalimat. Tataran morfem, frase, kalusa, dan wacana belum digarap.
g. Dominasi
pada permasalahan jenis kata
Pada awalnya kata dibagi menjadi
onoma dan rhema (Plato) lalu dikembangkan oleh Aristoteles menjadi onoma,
rhema, dan syndesmos. Kemudian pada masa tradisionalisme ini kata sudah dibagi
menjadi delapan yaitu nomina, pronomina, artikel, verba, adverbia, preposisi,
partisipium, dan konjungsi. Pada abad peretngahan Modistae membagi kata menjadi
delapan yaitu nomina, pronomina, partisipium, verba, adverbia, preposisi,
konjungsio, dan interjeksi. Pada zaman renaisance kata kembali dibagi menjadi
tujuh nomina, pronomina, partisipium, adverbia, preposisi, konjungsi, dan
interjeksi. Perkembangan jenis kata di Belanda dibagi menjadi sepuluh yaitu
nomina, verba, pronomina, partisipium, adverbia, adjektiva, numeralia,
preposisi, konjungsi, interjeksi, dsan artikel.
Keunggulan
Aliran Tradisional
a. Lebih tahan lama karena bertolak dari pola
pikir filsafat
b. Keteraturan
penggunaaan bahasa sangat dibanggakan karena berkiblat pada bahasa tulis baku
c. Mampu
menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian dalam menghafal istilah karena
aliran ini sengan bermain dengan definisi
d. Menjadikan
para penganutnya memiliki pengetahuan tata bahasa kareana pemakaian bahasa berkiblat
pada pola atau kaidah
e. Aliran
ini memberikan kontribusi besar terhadap pergerakan prinsip yang benar adalah
benar walaupun tidak umum dan yang salah adalah salah meskipun banyak
penganutnya.
Kelemahan
Aliran Tradisional
a. Belum
membedakan bahasa dan tulisan sehingga pengertian bahasa dan tulisan masih
kacau
b. Teori
ini tidak menyajikan kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan.
c. Pemakaian
bahasa berkiblat pada pola/kaidah sehingga meskipun pandai dalam teori bahasa
tetapi tidak mahir dalam berbahasa di masyarakat.
d. Level
gramatikalnya belum rapi karena hanya ada tiga level yaitu huruf, kata, dan
kalimat.
e. Pemerian
bahasa menggunakan pola bahasa Latin yang sangat berebda dengan bahasa
Indonesia
f. Permasalahan
tata bahasa masih banyak didominasi oleh permasalahan jenis kata (part of
speech), sehingga ruang lingkup permasalahan masih sangat sempit.
g. Pemerian
bahasa berdasarkan bahasa tulis baku padahal bahasa tulis baku hanya sebagian
dari ragam bahasa yang ada.
h. Objek kajian hanya sampai level kalimat
sehingga tidak komunikatif
2.2.2
Aliran
Struktural
Teori ini berlandaskan pola pikir behaviouristik.
Aliran ini lahir pada awal abad XX yaitu pada tahun 1916. aliran ini lahir
bersamaan dengan lahirnya buku ”Course de linguistique Generale” karya Saussure
yang juga merupakan pelopor aliran ini. Ia dikenal sebaga Bapak Strukturalisme
dan sekaligus Bapak Linguistik Modern. Tokoh-tokoh yang merupakan penganut
teori ini adalah : Bally, Sachahaye, E. Nida, L. Bloomfield, Hockett, Gleason,
Bloch, G.L. Trager, Lado, Hausen, Harris, Fries, Sapir, Trubetzkoy, Mackey,
jacobson, Joos, Wells, Nelson.
Ciri-ciri Aliran Struktural
1. Berlandaskan
pada faham behaviourisme
Proses berbahasa
merupakan proses rangsang-tanggap (stimulus-response).
2. Bahasa
berupa ujaran.
Ciri ini menunjukka
bahwa hanya ujaran saja yang termasuk dalam bahasa . dalam pengajaran bahasa
teori struktural melahirkan metode langsung dengan pendekatan oral. Tulisan
statusnya sejajar dengan gersture.
3. Bahasa
merupakan sistem tanda (signifie dan signifiant) yang arbitrer dan
konvensional.
Berkaitan dengan ciri tanda, bahasa pada dasarnya merupakan paduan dua unsur yaitu signifie dan signifiant. Signifie adalah unsur bahasa yang berada di balik tanda yang berupa konsep di balik sang penutur atau disebut juga makna. Sedangkan signifiant adalah wujud fisik atau hanya yang berupa bunyi ujar.
Berkaitan dengan ciri tanda, bahasa pada dasarnya merupakan paduan dua unsur yaitu signifie dan signifiant. Signifie adalah unsur bahasa yang berada di balik tanda yang berupa konsep di balik sang penutur atau disebut juga makna. Sedangkan signifiant adalah wujud fisik atau hanya yang berupa bunyi ujar.
4. Bahasa
merupakan kebiasaan (habit)
Berdasarkan sistem
habit, pengajaran bahasa diterapkan metode drill and practice yakni suatu
bentuk latihan yang terus menerus dan berulang-ulang sehingga membentuk
kebiasaan.
5. Kegramatikalan
berdasarkan keumuman.
6. Level-level
gramatikal ditegakkan secara rapi.
Level gramatikal mulai
ditegakkan dari level terendah yaitu morfem sampai level tertinggi berupa
kalimat. Urutan tataran gramatikalnya adalah morfem, kata, frase, klausa, dan
kalimat. Tataran di atas kalimat belum terjangkau oleh aliran ini.
7. Analisis dimulai dari bidang morfologi.
8. Bahasa merupakan deret sintakmatik dan paradigmatic
9. Analisis bahasa secara deskriptif.
10. Analisis
struktur bahasa berdasarkan unsur langsung.
Unsur langsung adalah unsur yang
secara langsung membentuk struktur tersebut. Ada empat model analisis unsur
langsung yaitu model Nida, model Hockett, model Nelson, dan model Wells.
Keunggulan
Aliran Struktural
a. Aliran
ini sukses membedakan konsep grafem dan fonem.
b. Metode
drill and practice membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan kebiasaa
c. Kriteria
kegramatikalan berdasarkan keumuman sehingga mudah diterima masyrakat awam.
d. Level
kegramatikalan mulai rapi mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
e. Berpijak
pada fakta, tidak mereka-reka data.
Kelemahan
Aliran Struktural
a. Bidang
morfologi dan sintaksis dipisahkan secara tegas.
b. Metode
drill and practice sangat memerlukan ketekunan, kesabaran, dang sangat
menjemukan.
c. Proses
berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap berlangsung secara fisis dan
mekanis padahal manusia bukan mesin.
d. Kegramatikalan
berdasarkan kriteria keumuman , suatu kaidah yang salah pun bisa benar jika
dianggap umum.
e. Faktor
historis sama sekali tidak diperhitungkan dalam analisis bahasa.
f. Objek
kajian terbatas sampai level kalimat, tidak menyentuh aspek komunikatif.
2.2.3
Aliran
Transformasi
Aliran ini muncul menentang aliran strukturalis yang
menyatakan bahwa bahasa merupakan kebiasaan. Pelopor aliran ini adalah N.
Chomsky dengan karyanya “Syntactic Structure”(1957) dan diikuti oleh
tokoh-tokoh seperti Postal, Fodor, Hale, Palmatier, Lyons, Katz, Allen, van
Buren, R. D. King, R.A. Jacobs, J. Green, dll.
Aliran ini pada mulanya hanya berbicara transformasi pada level kalimat tetapi kemudian diterapkan dalam tataran lain seperti morfologi dan fonologi.
Ciri-ciri Aliran Transformasi
Aliran ini pada mulanya hanya berbicara transformasi pada level kalimat tetapi kemudian diterapkan dalam tataran lain seperti morfologi dan fonologi.
Ciri-ciri Aliran Transformasi
1. Berdasarkan
faham mentalistik.
Aliran ini meganngap
bahasa bukan hanya proses rangsang-tanggap akan tetapi merupakan proses kejiwaan.
Aliran ini sagat erat dengan psikolinguistik.
2. Bahasa
merupakan innate
Bahasa merupakan faktor
innate(keturunan/warisan)
3. Bahasa
terdiri dari lapis dalam dan lapis permukaan.
Teori ini memisah
bahasa menjadi dua lapis yaitu deep structure dan surface structure. Lapis
batin merupakan tempat terjadinya proses berbahasa yang sebenarnya secara
mentalistik sedangkan lapis permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasi
dari lapis batin.
4. Bahasa
terdiri dari unsur competent dan performance
Linguistic competent
atau kemampuan linguistik merupakan penegtahuan seseorang tentang bahasanya
termasuk kaidah-kaidah di dalamnya. Linguistic performance atau performansi
linguistik adalah keterampilan seseorang menggunakan bahasa.
5. Analisis
bahasa bertolak dari kalimat.
6. Penerapan
kaidah bahasa bersifat kreatif
Ciri ini menentang
anggapan kaum struktural yang fanatik terhadap standar keumuman. Bagi kaum
tranformasi masalah umum tidak umum bukan suatu persoalan yang terpenting
adalah kaidah.
7. Membedakan
kalimat inti dan kalimat transformasi.
Kalimat inti merupakan
kaliamt yang belum dikenai transformasi sedangkan kalimat transformasi
merupakan kalimat yang sudah dikenai kaidah transformasi yang ciri-cirinya
yaitu lengkap, simpel, statemen, dan aktif. Lam pertumbuhan selanjutnya ciri
itu ditambah runtut dan positif.
8. Analisis
diwujudkan dalam diagram pohon dan rumus.
Analisis dalam teori
ini dimulai dari struktur kalimat lalu turun ke frase menjadi frase benda (NP)
dan frase kerja (VP) kemudian dari frase turun ke kata.
9. Gramatikal
bersifat generatif.
Bertolak dari teori yang dinamakan
tata bahasa generatif tansformasi (TGT).
Keunggulan
Aliran Transformasi
a. Proses
berbahasa merupakan proses kejiwaan buakan fisik.
b. Secara
tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan berbahasa (linguistic
competent dan linguistic performance)
c. Dapat
membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan kaidah yang
ada.
d. Dengan
pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antara substansi
dan perwujudan.
e. dapat
menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya bersifat
generatif.
Kelemahan
Aliran Transformasi
a. Tidak
mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa dan
kalimat.
b. Bahasa
merupakan innate walaupun manusia memiliki innate untuk berbahasa tetapi tanpa
dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
c. Setiap
kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep structur.
2.2.4
Aliran
Praha
Dengan tokohnya Vilem Mathesius, Nikolai S.
Trubetskoỷ, Roman Jakobson, dan
Morris Halle, membedakan fonologi (mempelajari bunyi dalam suatu sistem) dan fonetik (mempelajari bunyi itu sendiri). Struktur bunyi dijelaskan dengan kontras atau oposisi. contoh : baku X paku, tepas X tebas.
Morris Halle, membedakan fonologi (mempelajari bunyi dalam suatu sistem) dan fonetik (mempelajari bunyi itu sendiri). Struktur bunyi dijelaskan dengan kontras atau oposisi. contoh : baku X paku, tepas X tebas.
Aliran ini mengembangkan istilah morfonologi (meneliti
perubahan fonologis yang terjadi akibat hubugan morfem dengan morfem.Contoh:
kata “jawab” dgn “jawap” bila ditambahi sufiks –an, maka akan terjadi
perbedaan. Kalimat dapat dilihat dari struktur formal dan struktur
informasinya, Formal (subjek dan predikat), informasi (tema dan rema). Tema
adalah apa yang dibicarakan, sdngkn rema adalah apa yang dikatakan mengenai
tema. Contoh kalimat “this argument I can’t follow”→ “I” sbg subjek, “this
argument” sebagai objek, namun menurut aliran praha “this argument” juga
merupakan tema, sedangkan “I can’t follow” juga merupakan rema.
2.2.5
Aliran
Glosematik
Aliran
ini lahir di Denmark, dengan tokohnya Louis Hjemslev. Hjemslev menganggap
bahasa mengandung segi ekspresi (Signifiant) dan segi isi(signifie).
Masing-masing segi mengandung forma dan substansi : forma ekspresi, substansi
ekspresi, forma isi, dan substansi isi.
2.2.6
Aliran
Firthian
Dengan tokohnya Joh R. Firth (London, 1890-1960).
Dikenal dengan teori fonolog prosodi, yaitu cara menentukan arti pada
tataran fonetis. Faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran ini :
1. Mereka
memerikan bahasa indian dengan cara sinkronik.
2. Bloomfield
memerikan bahasa aliran strukturalisme berdasarkan fakta objektif sesuai dengan
kenyataanyang diamati.
3. Hubungan
baik antar linguis. Sehingga menerbitkan majalah Language, sebagai wadah
melaporkan hasil karya mereka.
Aliran ini sering juga disebut aliran taksonomi,
karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur bahasa berdasarkan
hubungan hierarkinya.
2.2.7
Aliran
Tagmemik
Dipelopori oleh KenAliran Strukturalisme di Amerika.
Dalam Linguistik di Amerika mempunyai tiga tokoh yang sangat berperan dalam
pengkajian bahasa di benua tersebut. Ketiga tokoh tersebut ialah Franz Boaz,
Edward Sapir dan Leonard Bloomfield. Franz Boaz merupakan seorang linguis yang
otodidaktik yang telah menyumbangkan peran pada penelitian bahasa-bahasa Indian
Amerika. Boaz meneliti bahasa baik di rumpun Indo-Eropa maupun diluar
Indo-Eropa.
Di Indo-Eropa membahas mengenai Infleksi penanda
sedangkan diluar Indo-Eropa, Boaz mencermati tentang struktur bahasa Indian.
Pandangan Boaz setiap bahasa akan memiliki kategori-kategori logis yang
merupakan keharusan digunakan pada bahasa tersebut. Ia dalam membahas strutural
bahasa ini lebih menitik beratkan pada bidang fonetik. Bahasa menurut Boaz
merupakan tuturan artikulasi yang berupa kategori gramatikal, pronomina kata
ganti (sendiri atau non sendiri) dan verb (orang, number, tense, mood, dan voice).
Seorang mahasiswa Boas yang bernama Edward Sapir tak
kalah dalam menyampaikan argumennya. kajiannya yang terkenal ialah mengenai
suatu pemerian bahasa. Selain itu, ia juga mempunyai suatu konsep bahasa yaitu
makna bahasa dikaitkan dengan visual, tingkat pemahaman dan rasa hubungan serta
kesesuaian bahasa dengan makna. Dari ide yang tertuang dibenaknya, murid dari
Boaz ini lalu membagi konsepnya menjadi sub kajian yaitu unsur-unsur tuturan,
bunyi bahasa, bentuk bahasa, bahasa-ras-dan kebudayaan. Unsur-unsur turunan
berupa hubungan antara bentuk linguistik, proses gramatikal dan konsep
gramatikal. Sedangkan bunyi bahasa mengenai pola atau perbedaaan bunyi cocok
dalam perbedaan bahasa. Lain halnya dengan bentuk bahasa yang menurut Sapir
dapat dibagi menjadi konsep dasar dan metode formal. Sedangkan pendapatnya yang
terakhir mengenai corak suatu bahasa ini dia kaji karena sebelum menekuni
bidang linguistik ia juga menekuni bidang antropologi.
Linguis ketiga yang mengkaji bahasan ini ialah
Leonard Bloomfield. Bloomfield merupakan linguis Amerika yang peling besar
peranannya dalam menyebarkan prinsip dan metode strukturalisme Amerika. Salah
satu rumusannya digambarkan dengan rumus rangsangan dan tanggapan dengan
formula R – t.....r – T maksudnya suatu rangsangan praktis (R) menyebabkan
seorang berbicara alih-alih bereaksi secara praktis, ini merupakan penganti
bahasa-bahasa (t). Bagi pendengar, hal itu merupakan rangsangan pengganti
bahasa (r) yang menyebabkan dia memberi tanggapan praktis (T). Rumus di atas
sangat sinkron bila diterapkan dengan teori makna Bloomfield yang membedakan
peristiwa bahasa dengan peristiwa praktis dalam sebuah tuturan.
Selain teori tersebut Bloomfield juga mencetuskan
teori mengenai bentuk bahasa, dari hasil penelitiannya digariskan bahwa bentuk
bahasa dibagi menjadi dua bentuk terikat dan bentuk bebas, serta 4 cara
penyusunan form yaitu order, modulation, phonetic modification dan selection.
Bentuk dapat dibagi dalam beberapa kelas yaitu Sentence type (kalimat Tanya,
kalimat berita dan sebagainya), Construction (bisa juga disebut Syntax) dan
Substitution (bentuk grammar yang berhubungan dengan penggantian konvensional)
neth L. Pike. Yang dimaksud tagmem adalah korelasi entara
fungsi gramatikal (slot) dengan kelompok bentuk kata yang dapat dipertukarkan utnuk mengisi slot tersebut.
fungsi gramatikal (slot) dengan kelompok bentuk kata yang dapat dipertukarkan utnuk mengisi slot tersebut.
2.2.8
Aliran
Linguistik: Aliran London
Pendapat
John Ruppert Firthian (1890-1960). Seperti yang diungkapkan Soeparno dalam
Dasar-dasar Linguistik Umum, Firthian adalah guru besar pada Universitas London
sangat terkenal sebagai pelopor Aliran London. Bila aliran Bloomfieldian
disebut dengan nama strukturalisme Amerika, maka aliran Firthians disebut strukturalisme
kontinental. Kaum ini terkenal karena kecenderungannya untuk menerapkan hal-hal
yang praktis. Para ahlinya antara lain : John Ruppert Firth, Daniel Jones, Brownislaw
Malinowski, dan H.Sweet.
Firth mengeluarkan teori tentang fonologi prosodi.Titik
berat perhatiannya memang pada bidang fonetik dan fonologi. Fonologi prosodi
adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Fonologi prosodi
terdiri dari satuan-satuan fonematis dan satuan prosodi. Satuan –satuan
fonematis berupa unsur-unsur segmental, yaitu berupa konsonan dan vokal.
Sedangkan satuan prosodi berupa ciri-ciri atau sifat-sifat struktur yang lebih
panjang daripada suatu segemn tunggal. Ada 3 macam pokok prosodi, yaitu (1)
prosodi yang menyangkut gabungan fonem: struktur kata, struktur suku kata,
gabungan konsonan, dan gabungan vokal; (2) prosodi yang terbentuk oleh jeda;
dan (3) prosodi yang lebih daripada fonem-fonem suprasegmental.
Firth juga berpendapat telaah bahasa harus
memperhatikan komponen sosiologis. Tiap tutur harus dikaji dalam konteks
situasinya, yaitu orang-orang yan berperan dalam masyarakat, kata-kata yang
mereka ungkapkan, dan hal-hal lain yang berhubungan. (Abdul Chaer: 355-356). Karya
Firth dan kelompoknya mempunyai pandangan yang sama tentang struktur bahasa
seperti yang dikemukakan oleh de Saussure. Firth meminjam istilah konteks
situasi dengan membedakan tataran yang beragam dan menunjukkan adanya unsur
linguitik yang terbatas. Ia menggunakan dua jalur yang dikemukakan oleh de
Saussure, yaitu paradigma dan sintagmatik. Firth berpendapat bahwa pertanyaan
tentang realitas dapat melumpuhkan penyelidikan.
Objek kajian linguistik menurut Firth adalah bahasa
secara aktual. Firth mengatakan bahwa struktur berkenaan dangan hubungan
sintagmatik antar unsur dan sistem yang berhubungan dengan paradigmatik
antar unit. Konteks situasi adalah konstruk sistematik yang diterapkan khusus
untuk peristiwa sosial yang berulang terdiri atas berbagai tataran analisis.
Tataran ini yaitu fonetik, fonologi, tata bahasa, kosa kata, dan bahasa.
Pendekatan situasional untuk menganalisis
situasi tuturan sebagai berikut:
1. Hubungan
dalam teks itu sendiri
2. Hubungan
sintagmatik antara unsure struktur yang dipertimbangkan dalam berbagai tataran
analisis
3. Hubungan
paradigma istilah untuk memberikan nilai pada unsure struktur.
4. Teks
dalam hubungan dengan unsur nonverbal dengan hasil keseluruhan yang efektif
5. Hubungan
analisis antara bagian teks dan unsur khusus dalam situasi.
6. Hubungan
dalam konteks situasi
Komponen dasar dari
makna keseluruhan adalah fungsi fonetik, fungsi leksikal, fungsi morfologi, dan
fungsi sintaksis serta seluruh konteks situasi.
Tataran pertama adalah fonetik dan fonologi. Pada tataran ini bunyi mempunyai fungsi berdasarkan (1) tempat terjadi; dan (2) kontras yang ditunjukkan dengan bunyi yang dapat terjadi ditempat yang sama.
Tataran pertama adalah fonetik dan fonologi. Pada tataran ini bunyi mempunyai fungsi berdasarkan (1) tempat terjadi; dan (2) kontras yang ditunjukkan dengan bunyi yang dapat terjadi ditempat yang sama.
BAB 3
PENUTUP
Dari
pembahasan di atas kita dapat mengetahui berbagai macam perkembangan aliran
linguistik. Dari tiap-tiap aliran memiliki teori masing-masing dan keunggulan
serta kelemahannya. Bahasan tersebut dapat kita jadikan sebagai tambahan
wawasan serta menambah pengetahuan kita mengenai linguistik terutama tentang
aliran-aliran linguistik.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer,
Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
http
://www. ariprasetyo_ aliran-aliran linguistk..com
http
://www. kamalyusuf_ perkembangan linguistik di Indonesia hingga akhir 90-an.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Terima kasih
Posting Komentar