Kamis, 31 Oktober 2013
In:
Campus
Resume Bahasa Jawa Kuno
A. Sejarah dan Pra-sejarah bahasa Jawa kuno
Pengetahuan mengenai sejarah Jawa Kuno berasal dari
prasasti-prasasti lama.
Inilah sebuah contoh khas orang jawa dulu menentukan
sebuah tanggal, dan mengenai prasasti sukabumi kita lalu sampai tanggal 25 maret
tahun 804.Ini merupakan suatu tanggal yang sesuai untuk mengawali tinjuan kita
mengenai sastra Jawa Kuno. Maka dari iu tanggal ini merupakan tonggak yang
mengawali sejarah bahasa Jawa Kuno. Biarpun di daerah itu masih dipakai bahasa
jawa sampai hari ini, dan biar pun disana ditemukan prasasti-prasasti yang
lebuih tua (yang paling tua berasal dari tahun 732) namun itu semua ditulis
dalam bahasa sansekerta.Prasasti sukabumi merupakan piagam pertama yang
mempergunakan bahsa jawa kuno dan sejak saat itu bahasa itulah yang dipakai
dalam kebanyakan dokumen resmi.Sifat inskripsi inskripsi yang smpai pada kita
menunjukkan, bahwa memang ada suatu sastra Jawa Kuno yang berawal pada abad
yang ke-9 atau bahkan lebih dahulu, bebrapa diantaranya ternyata menampilkan sifat-sofat
sastra yang sangat rumit. Maka dari itu untuk pengetahuan kita tentang bahasa
Jawa Kuno sebelum tahun 804 kita harus mengandalkan sumber- sumber yang ditulis
dalam suatu bahasa yang bukan bahasa Jawa Kuno, entah dari Indonesia sendiri
entah dari bahsa lain.
B. Tata Bahasa
1.
FONEM-FONEM
A.
VOKAL (Huruf hidup)
·
a
·
ê
·
î
·
u
·
ay
·
o
·
ö
·
e
B.
KONSONAN (Huruf Mati)Macam konsonan diantaranya :
Huruf kerongkongan : k – kh – g – gh – ng
Huruf langit –
langit : c –
ch – j – jh – n
Huruf lidah : ţ– th
– d – dh – n
Huruf gigi : t – th – d – dh – n
Huruf bibir : p –
ph – b – bh – m
Huruf setengah harakat : y – r –l – w – ha
Huruf mendesis :ҫ - ṣ - s
C.
DIFTONG
Diftong
hanya memiliki dua fonem yaitu ay dan uy.
2.
KATA GANTI ORANG
1.
Untuk menyatakan nominatip, datip,
dan akusatip:
a.
Orang kesatu
1.
Tunggal
Aku :
aku, saya
Ngwang : saya (situasi resmi)
Nghulun : hamba
Ketiga kata ganti tersebut dugunakan
untuk berkomunikasi antar sesame teman (akrab) atau kepad orang yang lebih muda
atau kepada bawahan
Pinakanghulun : hamba
Bhujangga mpu : saya (pendeta)
Bhujangga haji : hamba(pendeta)
2.
Jamak:
Kami :
kami
Kita :
kita
b.
Orang kedua
1.
Tunggal:
Kanyu :
engkau
Ko: :
engkau
Kamu :
engkau, kamu
Rahadyan sanghulun: tuanku
Kita :
tuanku;engkau
2.
Jamak:
Kamu :
kamu
Kita :
tuan-tuan; kamu
c.
Orang ketiga
1.
Tunggal:
Ya :
ia, dia
Sarika : ia, dia
Rasika :ia, dia
Sira :
beliau
2.
Jamak:
Sira :
mereka
Ya :
mereka
2. Untuk menyatakan genitip
Ku : - sihku
-
Pracârangku
Ni nghulun : - bapa ni nghulun
Ni ngwang : - ibu ni ngwang
Ta dan nta : - upayanta (dari
kita)
-
Ujarta (dari kita)
Mami : - hyang
mami (dari kita)
3.
KATA
GANTI PENUNJUK
a. Kata ganti penunjuk jarak dekat
Iki, ike =
ini
b. Kata ganti penunjuk jarak jauh
1. Iku, iko (dekat dengan orang kedua)
2. Ika, ikana (deket dengan orang ketiga)
c. Kata ganti penunjuk lainnya
1. Nihan (beginilah) dan nahan (begitulah)
2. Ngke (di/dari sini, sekarang ini)
3. Ngka, ngkana (disana, begitu, demikian)
4. Mangkana (demikian, begitu, begitu juga)
5. Samangkana (waktu itu, ketika itu)
4.
PARTIKEL
a. Si :
dipakai untuk masyarakat biasa.
b. Sang : dipakai
untuk orang ternama atau bangsawan.
c. Sang hyang :
untuk para dewa dan hal-hal yang dianggap mulia.
d. Dang hyang :
untuk orang yang mulia karena kesuciannya
5.
KATA
BENTUKAN (AFIKSASI, REDUPLIKASI, KOMPOSISI)
a. Afiksasi
1. Awalan ma- /a-
Menyatakan perbuatan, sifat, keadaan.Biasanya diterjemahkan dengan
awalan ber-, me-, menjadi dalam keadaan.
Contoh : ma+doh = menjadi jauh, menjauh.
2. Awalan ka-
-
Arti
= di….. telah di….. ter…..
Dalam bahasa indonesia = awalan di-, ter-.
Contoh : -
ka+ton → katon = terlihat, dilihat, telah diliha
Ka+ucap → kocap = terucap
-
Cara
pembentukan
3. Awalan maka-
Arti = mempunyai sebagai….., memakai…..,
menganggap….., menjadikan…..
Contoh : maka+stri → makastri = menjadikan istri,
beristri, memperistri.
4. Awalan pinaka-
Awalan pinaka = awalan di
Contoh : pinakamamu = dijadikan menantu
5. Awalan kapa- dan kapi-
Kapa+ingin → kapengen = angina
Kapi+luh → kapilih = menangis
b. Reduplikasi
Cara
pembentukannya :
1. Pengulangan kata
2. Pengulangan sebagian
3. Pengulangan dengan menghilangkan huruf pada bagiab pertama
kata ulang
4. Pengulangan dengan berimbuhan
Pengulangan dengan pemberian
imbuhan :
# maburu – buru = berburu, kalungha –
lungha
# sinegeh – segehan
# kamalung-malung = kalung =
kalung
# salawang-lawang = lawang
Makna kata ulang :
1. Menyatakan jumlah banyak
Contoh
: reg kayu-kayu ing alas
2. Menyatakan bermacam-macam
3. Menyatakan kegiatan yang berulang-ulang
Contoh
: ya ta gilir salawang-lawang
4. Menyatakan persamaan / menyerupai.
Contoh
: molah tanak-anak ikang mata nira
5. Menyatakan sesuatu yang berlebihan/menyangatkan
Contoh
: gila-gila tumon I rowangnya pinangan
6. Menyatakan saling
Contoh
: tan dadi nghulun maguywa-guywana tuwi
(tidak
baiklah kita seandainya bergurauan)
c.
Komposisi
Penggabungan
dua kata atau lebih
Contoh :
waratrata = petapa yang istimewa
(wara =
istimewa ; brata : janji, pertapa)
Narakaloka :
neraka, sarwajanmabandhana, sarwaloka(bermacam-macam),pratidina(setiaphari)
6.
POKOK KATA
7.
KATA BENTUKAN
Kata
bentukan ialah perkataan-perkataan yang terdiri dari pokok kata dengan awalan,
akhiran, atau sisipan, misalnya:
Gumawayakên :
gaway + a. sisipan um
b.
akhiran akên
sumiliha : silih + a. sisipan um
b.
akhiran a
manggihakêna :
panggih+ a. sisipan um
b.
akhiran akên
8.
ARTI KATA BENTUKAN
Arti
kata bentukan bergantung kepada awalan, akhiran, atau sisipan yang terdapat
pada kata bentukan itu. Oleh karena itu, kata bentukan itu akan diterangkan
dalam tiap-tiap pasal menurut awalan, sisipan, dan akhiran yang terdapat di
dalamnya.
9.
AWALAN (M)A TAK BERHURUF NASAL
Kata-kata
yang berawalan (m)a menyatakan perbuatan, sifat, dan keadaan; dapat
diterjemahkan dengan awalan ber, menjadi, dalam keadaan, me, misalnya:
Panjang - (m)apa۟ñjang :
panjang, memanjang
Doh - (m)adoh : jauh
Wwah - mawwah : berbuah
Lara - malara : (ber)susah hati
Guru - aguru : berguru
Wiku - awiku : menjadi pendeta
Bang - mabâng :
menjadi merah
Hyas - mahyas : berhias (diri)
10. AWALAN
(M)A BERHURUF NASAL (SENGAU)
Yang
kita maksudkan dengan huruf sengau atau nasal, yaitu huruf-huruf ng, m, n dan
sebagainya, pendek kata semua huru yang harus diucapkan melalui hidung.
Dalam
bahasa kawi, misalnya:
Manurun : turun
Mangjanma : menjelma
Anangis : menangis
Mañjala :
menjala
Anumbak : menombak
Mangdanda : memukul
Anetes : menetas
11. PEMAKAIAN
SISIPAN
Pemakaian
sisipan ini dapat dibagi dalam 2 macam, yaitu:
a.
Jika pokok kata mulai dengan huruf
mati, maka –um- ditempatkan di belakang huruf mati yang pertama itu, misalnya:
Gawe -
gumawe
Turun -
tumurun
b.
Jika pokok kata mulai dengan huruf
hidup, maka sisipan i mini ditempatkan di depan hiruf hidup yang pertama,
misalnya:
Angkat - umangkat
Ulih -
umulih
12. ARTI
SISIPAN UM
Dalam
praktiknya tidak ada perbedaan antara sisipan um dan awalan (m)a, jadi artinya
sama saja, misalnya:
Manungsung = menjemput, menyambut
Sumungsung = menjemput, menyambut
Umusi = mengejar
Angusi = mengejar
13. PEMAKAIAN
SISIPAN IN
Pemakaian
sisipan in dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
a.
Apabila pokok kata mulai dengan huruf
mati, maka sisipan in ditempatkan di belakang huruf mati yang pertama,
misalnya:
Pupuh =
pinupuh
Pulir =
pinulir
b.
Apabila pokok kata mulai dengan huruf
hidup, maka sisipan in ditempatkan dengan huruf hidup yang pertama itu, jadi
sebetulnya sebagai awalan, misalnya:
Ucap =
inucap
Anti =
inanti
14. ARTI
SISIPAN IN
Awalan
(m)a dan sisipan um itu dipakai sebagai lawan sisipan in, misalnya:
Angusi
- inusi = dikejar
Umusi
15. PEMAKAIAN
AWALAN KA
Pemakaian
awalan ka ini ada 2 macam, yaitu:
a.
Apabila permulaan pokok kata itu
huruf mati, maka awalan itu hanya tinggal menempatkan di depannya saja,
misalnya:
Ton -
katon
Parag -
kaparag
b.
Apabila permulaan pokok kata itu
huruf hidup, maka hokum sandhi harus dijalankan, misalnya:
Kocap =
ka + ucap
Kongas = ka + ungas
16. ARTI
AWALAN KA
Arti
awalan ka bergeser di antara di………., telah di…………, ter……….., misalnya:
Katon = terlihat, kelihatan
Kapangguh = terjumpai, (telah) dijumpai
17. PEMAKAIAN
AKHIRAN I
Cara
memakai akhiran i ini ada 2 jalan, yaitu:
a.
Apabila kata kata itu berakhir pada
huruf mati, maka akhiran I hanya tinggal menempatkan di belakangnya saja,
misalnya:
Menambang + i = menambangi
Mangider + i = angimbuhi
b.
Apabila kata itu berakhir dengan
huruf hidup, maka antara kata dan akhiran i itu, kadang-kadang disisipkan (a)n,
misalnya:
Matyani = mati + an + i
Mamati = mamati + i
18. ARTI
AKHIRAN I
Arti
akhiran i ini sama dengan akhiran i daam bahasa Indonesia. Misalnya:
Manganugrahi = menganugrahi
Angimbuhi = menambah
Anglangkahi = melanhkahi
19. ARTI
AKHIRAN AKEN
Arti
akhiran aken pada umumnya sama dengan akhiran kan dalam bahasa Indonesia,
misalnya:
Anuwuhaken = menimbulkan, menyebabkan timbul
(tuwuh=timbul)
Humilangaken = menghilangkan, menyebabkan hilang
Tumakwanakên= menanyakan, bertanya tentang
(takwan=Tanya)
20. AWALAN
PA
a.
Awalan pa ini sama dengan pe + huruf
sengau + an, atau katakerja yang ditambah “nya” di belakangnya atau katakerja
yang ditambah hal de depannya, misalnya:
Panganti (anti) = hal tinggal (di)
Pacarita (carita) =hal menceriterakan, penguraian
(ceritera)
b.
Arti lain awalan pa ini sama dengan
alat pe………, alat untuk……., misalnya:
Pamanah (panah) = alat penembak
Pamunuh (pupuh) = alat pemukul
Panumbas (tumbas) = alat pembeli
21. AKHIRAN
AN
Akhiran
an bermacam-macam artinya, menurut kata yang diberi akhiran itu, yaitu:
a.
Pokok kata + an, berarti yang di……,
misalnya:
Tasyan (tasi + an) = (barang atau hasil) yang diminta
Duman (dum + an) = (barang atau hasil) yang dibagikan,
bagian
b.
Awalan ka + pokok kata + (a)n,
berarti telah di…….., dapat di…….., maupun yang berarti kata benda, misalnya:
Kahilangan = kehilangan
Katinghalan = kelihatan
c.
Awalan pa + pokok kata (berhuruf
sengau atau tidak) + (a)n, berarti tempat apa yang disebut di dalam pokok kata,
misalnya:
Patapan = pertapaan
Panangkilan (tangkil) = tempat menghadap raja, penghadapan
d.
Awalan (m)a, menyatakan, bahwa:
1.
Perbuatan itu dijalankan dengan giat,
2.
Orang banyak menjalankan perbuatan
itu,
3.
Perbuatan itu terus-menerus,
misalnya:
Madarawayan(daraway) = mengalir kemana-mana
Makabehan(kabeh) = semua bersama-sama
e.
Sisipan in + an, misalnya:
Manuwi (membakar) - tininwan (bukan: tinuwi
22. PEMAKAIAN
AKHIRAN Ě
a.
Jika pokok kata itu berakhir pada
huruf mati, maka tinggal meletakan ên di
belakangnya saja, misalnya:
Ucap + ên = ucapên
Ton + ên = tonên
b.
Jika pokok kata itu berakhir pada
huruf hidup, maka 1.ê
lenyap karena huruf hidup yang ada di depannya, misalnya:
Carita + ên =
caritan
Rêngö + ên =
rêngön
23. ARTI
AKHIRAN ĚN
a.
Akan di….., harus di….., hendaklah
di….., mudah-mudahan di…, misalnya:
Panganên = akan
dimakan, harus dimakan,
Ucapên =
akan diceriterakan, harus diceriterakan, hendak diceriteran
b.
Menyatakan sifat yang tidak baik dan
penyakit, misalnya:
Giri-girin = ketakutan (giri-giri + ên)
Prihatin = bersedih hati (prihatin + ên)
Bubuhên =
berbengkak-bengkak (bubuh + ên)
24. AREALIS
(CARA MEMBENTUKNYA)
Cara
membentuknya dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
1.
Mengenai kata kerja yang tidak
memakai akhiran:
a.
Bentuk aktip ditambah a di
belakangnya, misalnya:
Manghurip - manghuripa
Mawarah - mawaraha
b.
Bentuk pasipnya menambahkan ên kepada pokok kata, misalnya:
Hurip -
huripên
Warah -
warahên
Atag -
atagên
2.
Mengenai katakerja yang memakai
akhiran i:
a.
Bentuk aktipnya menggantikan akhiran
i itu dengan akhiran ana, misalnya:
Manghalangi - manghalangana
Humuripi - humuripana
Uminaki - uminakana
b.
Bentuk pasipnya menambahkan akhiran
ana kepada pokok kata, misalnya:
Pati -
patyana
Weh -
wehana
Huwus -
huwusana
3.
Mengenai katakerja yang memakai
akhiran akên
a.
Bentuk aktipnya menggantikan akhiran
akên dengan akhiran akna atau akêna, misalnya:
Dumadyakên -
dumadyakna
Mintonakên -
mintonakêna
b.
Bentuk pasipnya menambahkan akêna atau akna kepada pokok kata,
misalnya:
Weh -
wehakêna
Tinggal - tinggalakna
25. AREALIS
(ARTINYA)
Arealis
menyatakan arti yang sangat luas, yaitu menyatakan segala kejadian yang belum,
akan, tidak akan, mungkin, seandainya, dan sebagainya terjadi. Misalnya:
Mangkana
tolahanta, tumirwa bapa = begitulah
hendaknya perbuatanmu, hendaknya mencontoh ayah
Akon
aku majare sang prabhu =
aku menyuruh supaya memberitahukan kepada sang raja
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
What is the best online casino site? - ChoEgoCasino
Play casino games online in choegocasino. 바카라 We only recommend playing 제왕카지노 for real choegocasino money. ChoEgoCasino.com offers an excellent interface and excellent customer
Posting Komentar